Rabu, 28 Oktober 2009

suara alam

Di antara keheningan, badan dan fikiran dibangunkan oleh suara adzan subuh. Sesegera mungkin mengamabil air untuk berwudlu dan menghadap kepada-Nya. Di subuh itu Allah telah menunjukkan keagungan-Nya. Udara yang segar, dingin diiringi suara kicauan burung, yang sebelumnya tidak terdengar. Alhamdulillah, jadikanlah kami insan yang beruntung, agar bisa menikmati segala karunia-Mu. Akankah semua ini terjaga hingga akhir hayat? Bagaimana jika alam yang indah ini digantikan oleh alam buatan manusia sepenuhnya? akankah tetap terjaga keindahannya? Bagaimana jika pohon-pohon yang tersisa telah tergantikan oleh bangunan gedung? sesombong itukah manusia sehingga berusaha menggantikan kekuasaan Allah dalam mengatur dunia?

Kamis, 13 Agustus 2009

sekelumit cerita lama

sewaktu iseng mencari data tentang lingkungan dan lasekap saya menemukan situs beralamat di indobic.biotrop.org, memuat tentang berita yang disadur dari harian Kompas edisi 06/12/2006 yang sangat menarik, karena bercerita tentang perjuangan seorang umat manusia dalam menyelamatkan lingkungannya.
Adapun cuplikan tersebut dapat disimak di bawah ini:

HERI DAN KONSERVASI SITU DI DEPOK

Awalnya, Heri Syaefudin (38) penasaran melihat areal sempadan situ atau danau di seputar Kota Depok, Jawa Barat, dibiarkan menganggur dan ditumbuhi semak belukar. Mengapa sempadan situ tidak dimanfaatkan menjadi kawasan agrowisata berbasis tanaman hias yang dapat menghasilkan uang?

Heri memulainya dari Situ Pengasinan di Kecamatan Sawangan. Dia melihat Situ Pengasinan nyaris lenyap karena berubah menjadi empang dan sawah, bahkan nyaris diuruk menjadi perumahan oleh pengembang.

Perusakan lingkungan di Situ Pengasinan dapat dihindari ketika pada tahun 2003 Wali Kota Depok (waktu itu) Badrul Kamal meminta petugas Dinas Pekerjaan Umum mengeruk danau seluas 6,5 hektar itu sehingga Situ Pengasinan kembali pada fungsinya. Di sekitar situ, dalam jarak 50 meter, harus menjadi ruang terbuka hijau dan tidak diperbolehkan ada bangunan permanen.

Tahun 2004, Heri membeli tanah seluas 3.000 meter persegi di tepi Situ Pengasinan. Saat itu di sempadan situ dipenuhi semak belukar. Dengan tekad yang kuat, Heri mengubah dan menatanya menjadi tempat yang sedap dipandang. Arealnya tetap menjadi bagian dari lanskap danau. Di sana ada kolam ikan, penuh tanaman hias, dan rerumputan hijau. Heri merangkul warga Kelurahan Pengasinan yang sebelumnya bertani untuk memanfaatkan danau yang saat itu telanjur jadi sawah dan empang. Setelah danau dikembalikan pada fungsinya, Heri mengajak warga menjadi petani tanaman hias.

Tentu saja, tidak dengan seketika warga memenuhi ajakannya. Mereka ragu-ragu dan ingin melihat-lihat dulu. Namun, Heri tidak putus asa dan terus bekerja.

Setelah warga melihat apa yang dilakukan Heri terbukti ada hasilnya, warga Pengasinan dan warga kelurahan lain di Sawangan ramai-ramai mengikuti ajakannya untuk bertanam tanaman hias.

Sampai akhir tahun 2006 ini, ada sekitar 500 orang menjadi petani tanaman hias dan 100 lainnya menjadi pedagang yang memiliki kios di sepanjang Jalan Raya Bojongsari (Sawangan)-Ciputat. Mereka tergabung dalam tujuh kelompok tani dan koperasi.

Heri, anak petani yang lahir pada 22 Juli 1968, mengenyam pendidikan di SMP Grabag, Magelang, Jawa Tengah, dan SMAN I Temanggung. Heri hijrah ke Jakarta tahun 1988, menyelesaikan pendidikan di Akademi Lanskap Jakarta dengan tugas akhir tentang konsep penataan sempadan situ pada tahun 1992. Setelah bekerja sebagai pekerja lanskap di berbagai tempat, Heri pindah ke Sawangan, Depok, tahun 2002.

Menurut Heri, pada saat itu perdagangan tanaman hias sudah ada di Sawangan, tetapi jenisnya tidak bervariasi. Hanya palem dan rumput. Petaninya pun tak bertambah.

Kini, Heri merasa bangga karena cita-citanya memberdayakan masyarakat Sawangan ada hasilnya. Sekarang, penghasilan seorang petani tanaman hias rata-rata Rp 3 juta sampai Rp 15 juta per bulan. "Setidaknya anak-anak muda yang dulu kerjanya cuma nongkrong kini mempunyai pekerjaan dan penghasilan," ungkap Heri.

Bu’an (41), warga Pengasinan, misalnya, mengaku awalnya ragu mengikuti ajakan Heri. Namun, setelah usaha peternakan lele dan ayamnya bangkrut, ia beralih menjadi petani tanaman hias. Dari usahanya itu, kini dia mampu menguliahkan anaknya di Bogor. "Tetangga saya pedagang bubur, mengerjakan usaha tanaman hias ini secara sambilan dan mendapat penghasilan lumayan," tuturnya.

Dilirik perbankan

Yang juga membanggakan Heri, konsepnya membangun Sawangan menjadi kawasan agropolitan berbasis tanaman hias didukung kalangan perbankan. Melalui program Perbankan Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) Bank Mandiri, setiap petani bisa mendapat kredit bank dengan bunga 6-8 persen per tahun.

Usaha Heri memberdayakan warga Pengasinan ini mendapat perhatian tim Program Pendanaan Kompetensi Indeks Pembangunan Manusia ((PPK IPM) Jawa Barat. Daerah ini akan dibangun dengan dana PPK IPM sebagai daerah pertanian tanaman hias. Setidak-tidaknya jalan tanah menuju lokasi Situ Pengasinan diharapkan dapat segera diaspal.

Heri pun melihat usahanya tidak sia-sia karena Wali Kota Depok Nur Mahmudi Isma’il peduli terhadap upaya pelestarian lingkungan, sekaligus upaya memberdayakan masyarakat sekitar itu. "Kalau Situ Pengasinan berhasil menjadi kawasan agrowisata berbasis tanaman hias, danau ini bisa menjadi proyek percontohan bagi 30-an danau lainnya yang ada di seputar Kota Depok," ujarnya.

Suami dari Santi Widya (32) dan ayah dari dua anak itu berpendapat, seharusnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membantu program penyelamatan lingkungan di daerah pinggirannya itu. Kalau DKI membantu menyelamatkan situ-situ di Kota Depok, Jakarta akan terhindar dari kekeringan di musim kemarau dan tidak kebanjiran di musim hujan.

semoga tulisan ini bisa menggugah hati nurani kita untuk bergerak menyelamatkan bumi.

Jumat, 29 Mei 2009

paru-paru kecil di jalan

Ketika kita berangkat ke tempat kerja dan sekolah hampir menggunakan waktu yang hampir sama. Fenomena yang pasti terjadi adalah meningkatnya kepadatan lalu lintas jalan raya menuju wilayah yang memiliki tempat kerja dan sekolah dalam jumlah banyak. Kepadatan lalu lintas jalan raya didominasi oleh kendaraan bermotor, baik mobil maupun sepeda motor. Udara pagi yang seharusnya segar berubah menyesakkan dan gerah. Polusi udara yang tinggi terjadi disekitar jalan raya dengan tingkat kepadatan tinggi. Beberapa pemerintah berusaha mensiasati dengan berbagai cara, antara lain program three in one, memanjukan jam sekolah yang diharapkan mampu memecah tingkat kebutuhan jalan raya, melebarkan jalan kendaraan, menghentikan kendaraan-kendaraan niaga yang dapat ditunda keberangkatannya. Beragam usaha itu sepertinya tidak mampu mengimbangi tingkat kepadatan lalu lintas yang terus bertambah.
Area hijau diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam mengimbangi tingkat polusi yang ada. Sementara itu area hijau di sekitar jalan semakin menipis bahkan menghilang. Taman-taman dan hutan kota yang diharapkan mampu menjadi paru-paru kota berubah fungsi menjadi bangunan-bangunan gedung maupun non-gedung. Beberapa taman kota dikorbankan untuk menjadi jalan raya tanpa tergantikan. Padahal, manusia hingga saat ini tidak mampu bertahan hidup tanpa adanya oksigen, dan tanaman merupakan salah satu jenis makhluk yang menjadi produsen oksigen di siang hari, sedangkan polusi akan meningkat tinggi pada waktu-waktu aktifitas penduduk tinggi pula, yakni pagi hingga sore hari.
Jika kita sempatkan untuk memperhatikan di sekitar jalan, maka kita akan menemukan sudut-sudut “ruang sisa” yang tidak terkelola dengan baik. Seandainya kita berusaha berpikir “komersil” dalam memanfaatkan setiap jengkal tanah di negeri kita, maka kita akan mendapatkan “keuntungan” yang besar. Komersil di sini yang dimaksud adalah agar setiap jengkal tanah tersebut menghasilkan sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk khalayak secara maksimal dan menekan tingkat kerugian bagi kehidupan manusia. Udara bersih hingga saat ini menjadi “komoditi” yang mahal, kenapa kita tidak berusaha untuk “menjual” kepada manusia? Menjual udara segar dengan bayaran mengurangi kearoganan dan meminta kepedulian manusia itu sendiri.
Terbayang dalam “halusinasi”, seandainya bidang-bidang tanah yang luasnya 10 cm x 10 cm itu ditumbuhi tanaman, maka akan ada sesuatu yang dibutuhkan manusia dihasilkan olehnya tanaman tersebut. Berapa banyak bidang tanah “ruang sisa” tersebut yang ada di kota? Bisa kita akumulasi dan menjadi sebuah taman kota yang cukup luas dan tersebar di penjuru kota menjadi “paru-paru kecil” bagi kota tersebut. Jika kita cermati lagi, maka kita akan temukan “ruang sisa” di sekitar traffic light merupakan lokasi yang sangat strategis terhadap sumber polusi kendaraan bermotor. Sekali lagi terbayang seandainya kita berusaha berpikir “komersil” dalam memanfaatkan setiap jengkal tanah di sekitar kita.

Rabu, 27 Mei 2009

rumah bertetangga

hidup bertetangga, harus saling toleransi dengan tetangga yang ada di sekitarnya. Toleransi diciptakan sejak dari proses membangun sebuah rumah tinggal, bagaimana meletakkan material yang akan dipergunakan. Selain  peletakan material yang sering mengganggu, perancangan sebuah bangunan rumah juga harus dipersiapkan dengan bijaksana.  aspek perancangan yang dimaksud adalah cara menghasilkan sebuah rancangan yang tidak menimbulkan kecemburuan sosial. Arsitek tidak hanya dibebani hasil desain rumah tersebut, akan tetapi juga harus memperhatikan aspek sosial dalam masyarakat. Kecemburuan sosial yang ada hanya akan menjadikan masalah berkepanjangan. Banyak hal terjadi ketika didirikan sebuah rumah mewah diantara rumah-rumah sederhana, dari masalah sosial sehari-hari dengan tetangga hingga masalah kriminal. Ini hanyalah selingan untuk direnungkan dalam kehidupan kita ber-arsitek. Ingat arsitek dalam konteks ini bukanlah hanya disandang oleh seseorang yang pernah menempuh pendidikan formal teknik arsitektur, akan tetapi juga semua pihak yang merencanakan dan merancang rumah tersebut.

Senin, 04 Mei 2009

perilaku manusia terhadap besaran rumah

Ini adalah selingan pengalaman pribadi penulis. Setelah membaca sebagian dari bukunya Adi Purnomo yang berjudul Relativitas, ternyata ada sedikit kesamaan pemikiran ketika menemui rumah tinggal yang sangat besar di lingkungan sekitar kita. Adi Purnomo berusaha memperhitungkan perbandingan kebutuhan ruang minimal secara perorangan ditambahkan kebutuhan ruang selaku makhluk sosial dengan luasan ruangan yang dihasilkan yang alhasil masih dirasa terlalu berlebihan. Berdasarkan kasus yang sama, namun pemikiran yang muncul dalam diri saya adalah berkaitan dengan perilaku manusia selaku satu kesatuan keluarga. Berdasarkan pengalaman pribadi serta hasil pengamatan yang saya lakukan, dapat saya simpulkan bahwa tingkat kebutuhan ruang seseorang sebenarnya masih dapat dikesampingkan setelah jiwa sosialnya dalam suatu keluarga utuh. Seorang ibu adalah sosok insan yang memiliki kekuatan terbesar dalam suatu keluarga utuh. Perlu dicermati ungkapan ini tentang keluarga utuh yang dimaksud adalah adanya ayah, ibu, dan anak. Peristiwa ini terjadi biasanya lebih kuat ketika sang anak-anak sudah tinggal di tempat lain, yang berlibur atau mengunjungi rumah tinggal orang tuanya. Di mana sang ibu berada kebanyakan anak-anaknya ketika tidak ada “perkerjaan wajib” di waktu senggangnya, maka anak-anak tersebut akan selalu mengikuti sang ibu, ketika ibu sedang memasak, anak-anak akan mengikutinya kumpul di dalam dapur, ketika ibu sedang berkebun, anak-anak akan mengikutinya kumpul di kebun, ibu sedang makan bersama sang ayah, anak-anak akan mengikutinya kumpul di ruang makan, meskipun sudah atau sedang tidak makan. Dari peristiwa-peristiwa yang saya alami maupun amati tersebut muncul pertanyaan dalam benak saya, untuk apa kita membangun sebuah rumah tinggal yang sangat besar jika kita hanya butuh kamar, kamar mandi dan wc saja untuk kegiatan pribadi, sedangkan yang lain dapat diwakili oleh satu ruang multi fungsi tanpa harus menjadikannya bersekat-sekat. Mungkin jika kita menyadari benar tingkat kebutuhan kita akan ruang secara optimal, maka kita tidak akan menghabiskan lahan yang tersedia untuk rumah tinggal kita tanpa menyisakan untuk lingungan hidup disekitar kita.

Jumat, 10 April 2009

Kaitan Pemahaman Bangunan dengan Pelanggaran KDB

Apakah bangunan itu sebenarnya?Bangunan itu sendiri terdiri dari bangunan gedung dan non-gedung. Banyak pendapat yang berbeda terhadap pengertian bangunan. Hal ini terjadi karena masing-masing pendapat itu didasari oleh kacamata yang berbeda. Jika kacamata yang dipergunakan adalah peraturan pemerintah dan pedoman teknis, maka bangunan lebih dikatagorikan dengan bangunan rumah dinas dan bangunan gedung (non-rumah). Jika didasarkan pada peraturan pemerintah dan pedoman teknis, maka yang tidak termasuk kedua katagori tersebut dianggap bukan bangunan. Sedangkan menurut pengertian secara utuh dari bahasa teorinya, bangunan dikatagorikan sebagai bangunan gedung dan non-gedung. Bangunan gedung adalah bangunan yang mewadahi aktifitas, dan merupakan hunian baik sementara maupun tetap, sedangkan bangunan non-gedung merupakan bangunan yang bukan merupakan hunian baik sementara maupun tetap, seperti bangunan jalan dan bangunan air. Hal inilah yang menjadi celah untuk dilakukan pelanggaran terhadap perda yang ada di masing-masing daerah. Pelanggaran yang dimaksud adalah pelanggaran terhadap peraturan KDB (Koefisien Dasar Bangunan). Ketika dalam dalam perda dinyatakan harus 60%, maka yang dibatasi 60% tersebut adalah bangunan yang berdiri berwujud bangunan hunian baik yang sementara maupun tetap, sehingga bangunan-bangunan lain yang dibuat di site-nya (perkerasan, dan street furniture) dinggap tidak melanggar. Banyak bangunan yang berdiri 100% di atas sitenya, sedangkan perda telah menyatakan daerah tersebut memiliki KDB 40%, 60% atau 80%, bahkan pelanggaran ini banyak juga di langgar oleh bangunan kantor instansi pemerintah.

Selasa, 07 April 2009

building coverage

tahukah anda?apakah building coverage (BC) itu?kita ada yang mengenalnya dengan istilah KDB alias Koefisien Dasar Bangunan. BC bertujuan untuk mengatur dan mengendalikan pembangunan fisik di atas muka bumi, sehingga bangunan tersebut tidak semaunya meng-cover permukaan bumi. Ada banyak hal yang diakibatkan oleh penutupan permukaan bumi oleh bangunan yang menyebabkan di masukannya BC dalam perda di wilayah masing-masing. Salah satu manfaatnya yaitu dalam mempertahankan daya serap tanah terhadap air, terutama pada daerah peresapan. Namun hal ini banyak kurang dimengerti oleh masyarakat luas serta aparatur negara. Tingkat komersialitas lahan yang semakin tinggi menjadikan terabaikannya perda/ aturan itu sendiri, bahkan oleh pihak yang seharusnya menegakkan aturan tersebut. Beberapa waktu lalu kita "dikejutkan" oleh tragedi Situ Gintung, yang sebenarnya sama sekali tidak mengejutkan jika kita sadar ketika mendirikan bangunan-bangunan tersebut. siapa yang harus bertanggung jawab? semua penegak peraturan (pemerintah baik daerah sebagai pelaksana dan pemberi ijin maupun pusat sebagai kontrol) juga masyarakat yang tidak mau tahu keadaan dari lingkungan tersebut.

Jumat, 03 April 2009

concrete for road on my country

melakukan perbaikan jalan maupun pembuatan jalan dengan sistem pengecoran menggunakan beton. Ketebalan beton untuk jalan raya berkisar 20 cm sedangkan untuk jalan perkampungan berkisar 15 cm. Beton adalah salah satu bahan bangunan yang dikatagorikan sangat berat. Dengan demikian jika beton di jadikan sebagai perbaikan kondisai jalan, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan. Untuk 1 meter kubik, berat beton mencapai 2400 kg/m3. Jika ruas jalan yang dibeton selebar 6 meter, tebal 20 cm, maka per meter panjang jalan tersebut adalah 2400 kg/m3 x 0.2 m x 6 m X 1 m = 2880 kg. Berapa beban yang diterima bumi ini jika panjang ruas jalan tersebut sepanjang .... km? 
mungkin hal ini dapat direnungkan lebih lanjut.

Senin, 23 Maret 2009

concrete for road

Trend pembetonan jalan terjadi di kalimantan barat. Alasan yang dikemukakan adalah karena kondisi tanah/ lahan gambut yang labil. namun dalam pelaksanaannya sepertinya kurang adanya penelitian yang matang terlebih dahulu, sehingga hasilnya kurang optimal. meskipun pengecoran sudah dilaksanakan, namun jalan tersebut tidak luput dari kerusakan. Berdasarkan amatan secara kasat mata, ada beberapa hal yang memungkinkan menjadi penyebab terjadinya kerusakan. Yang  paling mudah diamati adalah, kekurang seriusan pelaksana dalam mengerjakannya. Pembuatan beton tidak akan lepas dari cetakan, sedangkan pada saat pencetakan, mal hanya terbuat dari papan yang tipis, serta kurang dilakukan penguatan, alhasil malnya tidak kuat menahan beban beton itu dan ketika beton kering terjadi deformasi. deformasi yang terjadi pada bagian tepi menyebabkan terjadinya cekungan-cekungan pada sisi permukaan, sehingga hal ini memicu terjadinya genangan air ketika terjadi hujan. penyebab kerusakan berikutnya yang sering terjadi adalah kurang sabarnya masyarakat serta kurangnya pengamanan terhadap pekerjaan pembetonan jalan. jalan yang masih berupa cor beton setengah "matang" sudah dilalui menggunakan kendaraan, alhasil ketika beton sudah kering memiliki tekstur permukaan yang tidak rata lagi (banyak cekungan). Hal yang mungkin menjadi penyebab berikutnya adalah lambatnya proses pengaspalan yang merupakan lapisan finishing lunak. Finishing ini diharapkan mengurangi gesekan yang terjadi pada permukaan jalan, sehingga memperlambat proses kerusakan jalan.
beton dengan kualitas yang kurang baik akan sangat mudah terkikis oleh air, terutama jika terjadi genangan air di atasnya (pada permukaan yang cekung).

Kamis, 05 Maret 2009

siapa yang patut dipersalahkan?


perhatikan tulisan pada baner yang terpampang di gambar berikut

Kamis, 26 Februari 2009

stop burning

Khusus bagi daerah-daerah bertanah gambut, bangunan-bangunan yang menekan tanah secara berlebihan akan lebih berakibat fatal. Karakter tanah gambut adalah ketika dia masih basah, tanah tersebut akan benar-benar basah. Akan tetapi ketika air di dalamnya sudah keluar bahkan sampai kering, maka tanah tersebut akan menyusut. Ketika tanah gambut telah menyusut dan kering tidak akan bisa menyerap air lagi. Dapat dibayangkan ketika tanah gambut menyusut sekecil-kecilnya. Tanah gambut merupakan media menyerupai tanah yang terbentuk oleh serpihan kayu yang sangat halus. Ketika gambut tersebut sudah kering benar, maka cukup dengan temperatur yang tinggi gambut tersebut akan sangat mudah terbakar, apalagi jika pada tanah tersebut dipicu dengan dilakukannya pembakaran pada saat pembukaan lahan. Sehingga ketika lahan gambut sudah terbakar, kita akan kesulitan untuk memadamkannya, karena selain tanaman yang terbakar, tanah tempat tanaman tersebut tumbuh juga terbakar hingga beberapa meter ke dalam. JANGAN MEMBUKA LAHAN DENGAN MEMBAKAR.

Selasa, 24 Februari 2009

belajarlah dari nenek moyang

Pernahkah anda memperhatikan? Daerah yang dilanda banjir karena air pasang merupakan daerah yang memiliki kepadatan penduduk tinggi. Ada kemungkinan karena daerah tersebut mengalami penurunan permukaan tanah. Dengan kata lain banjir tersebut bukan karena permukaan air laut yang naik tapi lebih kepada permukaan tanah yang turun. Hal ini terjadi pada daerah-daerah yang memiliki daya dukung tanah yang relatif kecil. Pernahkah anda mempelajari? Kenapa nenek moyang yang tinggal di daerah tertentu kita dalam membuat bangunannya menggunakan sistem panggung? Alangkah bijaksananya mereka, karena dengan demikian bumi dalam hal ini adalah tanah diberi kesempatan untuk bernafas, tidak seperti jaman sekarang, manusia dengan semena-mena “menekan” dan “menginjak-injak” ibu pertiwi. Bagi yang tinggal pada daerah bertanah gambut, pernahkah anda berpikir? Bagaimana nenek moyang kita dahulu membuat pondasi bangunannya? Mereka tidak berusaha untuk kuat tertanam di bumi tetapi lebih berusaha mengapung di tempat dia menumpang, salah satunya dengan sistem pondasi tongkat. Alangkah bijaksananya nenek moyang kita. Mari belajar kepada nenek moyang kita yang sangat tidak arogan.

Minggu, 22 Februari 2009

Hari Merokok Nasional

Hari-hari merokok masal sudah tiba, asap ada di mana-mana. Saya paling sedih jika hal ini mulai terjadi, karena saya termasuk orang yang alergi terhadap asap, mungkin banyak orang yang mengalami hal yang sama.mengapa hal ini terus terjadi dan berlarut-larut, seperti menjadi tradisi rutin, bahkan musim layaknya musim penghujan dan kemarau. Informasi yang saya terima, kejadian ini di Indonesia pada khususnya disebabkan oleh para pembuka lahan, baik untuk tujuan pertanian, perkebunan, permukiman atau penebangan hutan. Apakah tidak ada sedikit hati nurani bagi orang-orang yang melakukannya? Mungkin mereka yang melakukannya tidak merasakannya, tapi asap dari perbuatannya tersebut terbang jauh dari lokasi pembakaran sehingga sangat mengganggu masyarakat luas, bahkan bisa memicu konflik antar negara serta menjadi bahan olokan dari Negara lain. Beberapa waktu yang lalu sudah marak didengungkan ajakan untuk membuka lahan tanpa membakar, bahkan ada praktisi dari para petani yang menjalankan serta mengajak untuk menjalankan program ini. mereka menyatakan bahwa ternyata berhasil juga membuka lahan tanpa membakar, bahkan merawa lebih tenang dalam beraktifitas, serta mampu mendapatkan hasil yang bagus. Marilah kita jalankan program membuka lahan tanpa membakar ini demi ibu pertiwi dan kehidupan yang lebih sehat.

Jumat, 20 Februari 2009

kelebihan beban


Tahukah anda? bahwa teori archimedespun terjadi di daratan. Dari tahun ke tahun, perkembangan penduduk dunia terus berkembang dengan pesatnya. Salah satu kebutuhan mendasar alias pokok manusia sekarang ini adalah tempat tinggal. Tempat tinggal manusia bisa berupa rumah sangat sederhana hingga sebuah apartemen yang merupakan gedung bertingkat dan relative besar. Semakin besar sebuah bangunan, maka kemungkinan bangunan tersebut juga akan semakin berat. Dengan adanya bangunan yang berat di atasnya, maka tanah sebagai penopangnyapun akan semakin terbebani. Beban yang terus bertambah bisa dipastikan akan melampui daya dukung maksimal tanah suatu area di mana bangunan tersebut berada. Ketika beban sudah melampui daya dukung maksimal yang dimiliki tanah maka tanah itupun akan turun dengan pasti.
Tanah yang turun ibarat sebuah tumpukan kain basah yang ditekan dari atas, maka air yang terkandung di dalam kain tersebut akan mengucur keluar, begitu juga pada tanah. Alhasil, air yang awalnya tersimpan di dalam tanah akan meluber. Luas bumi tidak bertambah alias tetap, dengan demikian luberan air tersebut tidak akan lari ke mana selain berpindah menjadi di atas tanah, maka terjadilah apa yang kita sebut banjir.

Jumat, 13 Februari 2009

Efek rumah kaca

Pemanasan global yang dituduh sebagai penyebab terjadinya banjir juga merupakan fenomena alam yang disebabkan oleh hal lain lagi. Polusi industri maupun automotive menyumbangkan CO-nya dalam jumlah yang sangat besar, sehingga meningkatkan suhu. 
Selain panas yang ditimbulkan oleh CO itu sendiri, 
CO juga disangka sebagai salah satu pelaku perusakan lapisan ozon yang menyelimuti bumi. 
Peristiwa anarkis ini menyebabkan terjadinya efek rumah kaca.
Efek rumah kaca itu sendiri bukan karena banyaknya rumah yang menggunakan kaca, akan tetapi itu hanyalah istilah untuk menggambarkan peristiwa terjadinya suhu udara di bumi ini yang terus meningkat.
Ilustrasi perilaku sinar matahari terhadap kaca biasa (non cermin):
Sinar matahari yang berhasil menembus kaca pada suatu ruangan dan memasuki ruangan tersebut merupakan sinar dengan  gelombang panjang, 
ketika sinar tersebut mengenai benda padat yang memantulkannya, 
maka sinar tersebut berubah menjadi gelombang pendek. 
Dalam keadaan sebagai gelombang pendek, 
sinar tersebut tidak mampu lagi untuk menembus kaca untuk keluar, 
padahal sinar matahari tersebut tadi masuk ke ruangan bersama UV dan IR. 
IR ini memiliki beberapa karakter, salah satunya panas. 
Dengan demikian ruangan akan menjadi panas dan akan terus memanas. 
Begitu pula jika lapisan ozon telah terjadi celah,
maka kandungan yang ada pada sinar matahari akan masuk ke bumi tanpa adanya proses reduksi dan filter,
maka bumi akan semakin memanas.
Maka gunung es yang di kutub bumi pun takkan sanggup menahannya.

Kamis, 05 Februari 2009

archimedes

sampah juga merupakan salah satu terdakwa penyebab terjadinya banjir. Kenapa? Karena sungai ataupun saluran air lainnya seharusnya diperuntukkan sebagai tempat air, tapi manusia-manusia dengan semena-mena mengisinya dengan sampah. Seperti dalam hukum archimedes: air yang terdapat pada suatu tempat jika diisi dengan suatu benda padat, maka air tersebut akan terdorong keluar dan tumpah.

Selasa, 03 Februari 2009

Sabtu, 31 Januari 2009

Kamis, 29 Januari 2009

berbagi O2

benar seperti yang diuraikan rekan motosuki, pohon dimalam hari akan menghasilkan CO2 dan mengambil O2, sehingga ketika malam hari manusia dan binatang berbagi dengan tanaman. 
Sehingga pada malam hari manusia akan merasa mengantuk dikarenakan pasokan O2 agak terbatas

Selasa, 27 Januari 2009

Ketika diri kita ditiupnya


Ketika kita berada di bawah ataupun di sekitar pohon,
pasti kita merasa lebih sejuk dibandingkan ketika jauh atau bahkan tidak ada sebatang pohon pun di sekitar kita. Hal ini disebabkan pohon tersebut melalui daunnya mampu menghasilkan O2 yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita. 
O2 yang cukup akan terasa nyaman bagi kita dibandingkan jika kita terselimuti oleh CO2 yang dihasilkan oleh tubuh kita, apalagi CO yang dihasilkan oleh sebuah mesin. Dengan terpenuhinya persediaan udara mengandung O2 yang melimpah maka tubuh kita merasa nyaman bahkan tidak jarang kita akan tersandar dan tertidur di bawah naungan pohon nan rindang.

Minggu, 25 Januari 2009

beberapa fungsi pohon



Penebangan pohon terus beraksi, tanpa memikirkan yang lain. Si penebang pohon layaknya pembunuh berdarah dingin yang tak sadar lama-lama diapun membunuh dirinya sendiri.
padahal menurut RON:" Pohon memiliki banyak sekali fungsi, beberapa fungsinya seperti mengikat air, mencengkeram tanah supaya akur (red:tidak cerai berai dan jadi longsor), menyerap CO2 untuk diolah menjadi O2 yang sangat berguna bagi makhluk hidup lain".
Berdasar uraian RON dapat kita ambil pendapat lain bahwa pohon memiliki jiwa sosial yang jauh lebih tinggi besar daripada manusia yang mengaku-aku berjiwa sosial besar.

Jumat, 23 Januari 2009

salah satu tersangka...


Saat ini salah satu tersangka utama sebagai pelaku pasangnya air adalah global warming. Global warming itu sendiri memiliki beberapa tersangka salah satunya adalah penebangan hutan yang terjadi secara sporadis. Hingga saat ini terjadi penebangan hutan mencapai kurang lebih 19 juta pohon dalam sehari, dengan catatan tidak termasuk pohon yang masih kecil dan tanaman kecil lainnya, apalagi rumput. Bahkan menurut Bapak Sarwono Kusumaatmadja, di dalam laporan “State of the World’s Forrests 2007” yang dibuat oleh Food and Agriculture Organization (FAO), dalam satu jam terjadi penebangan setara dengan 300 lapangan bola, lebih tepatnya 51 km2 . Berita ini sangat menyeramkan, maka sadarlah kita seluruh penduduk dunia.

Rabu, 21 Januari 2009

kenalan


"hallo dunia, kenalkan nama saya RON"

Senin, 19 Januari 2009

pasang atau ROB? (2)


Banjir adalah peristiwa tergenanginya suatu daratan oleh sesuatu, yang paling sering terjadi yaitu banjir air. Penyebab dari banjir itu sendiri ada beberapa hal. Penyebab yang paling populer dan sering terjadi di berbagai tempat yaitu oleh air hujan yang turun secara berkepanjangan, dengan tingkat curah hujan tinggi dan tentunya dengan areal yang relatif besar. Hal tersebut dapat terjadi di dataran rendah maupun tinggi. Dengan semakin berkurangnya permukaan tanah yang bertugas menyerap air hujan di dataran tinggi, berkurangnya pepohonan yang membantu penyerapan serta penahan tanah, maka banjir bandang dapat melanda daerah-daerah di sekitar aliran sungai yang melaluinya. Penyebab kedua akhir-akhir ini sering terjadi dan dimuat dalam berita baik media cetak maupun media elektronik yaitu air pasang maupun ROB.

ROB merupakan kejadian meluapnya atau pasangnya permukaan air laut ke daratan di sekitarnya. Dengan kata lain ROB dapat disebut juga dengan peristiwa air pasang. Kedua peristiwa tersebut merupakan dua hal diantara beberapa hal lain yang menjadi penyebab banjir. Jangkauan ROB mengikuti perbandingan lurus terhadap tinggi permukaan air laut dan berbanding terbalik terhadap ketinggian tanah disekitarnya. Istilah ROB dipergunakan jika peristiwa tersebut terjadi di sekitar laut atau pantai. Sedangkan istilah air pasang lebih sering dipergunakan untuk menyebut peristiwa naiknya permukaan air kedaratan yang relatif jauh dari laut. Air pasang sebenarnya juga disebabkan oleh kenaikan permukaan air laut dibandingkan daratan, kenaikan tersebut melalui jalur sungai yang ada, sehingga dapat menggenangi suatu tempat di daratan meskipun jauh dari laut atau pantai.

ROB atau air pasang itu sendiri dapat disebabkan beberapa hal, yang pertama adalah bertambahnya kapasitas air di lautan yang akhir-akhir diduga karena terjadinya global warming alias pemanasan global. Penyebab ROB yang berikutnya adalah terjadinya penurunan permukaan tanah. Global warming sekarang sedang marak dituduh sebagai satu-satunya penyebab terjadinya kenaikan permukaan air laut. Kajian tersebut dianalisa dari mencairnya gunung-gunung es yang ada di kutub bumi karena memanasnya suhu udara secara global di seluruh permukaan bumi ini.

Di seluruh penjuru dunia mendapatkan ancaman akan tenggelam, terutama pulau-pulau dengan ketinggian permukaan tanah yang relatif rendah. Indonesia terdapat daratan bahkan pulau-pulau yang sangat rendah. Kita ambil beberapa contoh dataran rendah yang sudah diperingatkan terancam tenggelam yaitu Jakarta memiliki beberapa tempat yang memiliki ketinggian 10 meter dari permukaan laut. Ketinggian permukaan tanah sebagian dari Kota Semarang mencapai 1 meter. Kota Pontianak dan beberapa kabupaten disekitarnya memilki ketinggian tanah kurang dari 1 meter bahkan 0.5 meter. Ketinggian permukaan tanah tersebut merupakan catatan pada tahun 2008, ada kemungkinan akan terus berkurang pada tahun-tahun berikutnya.

Jumat, 16 Januari 2009

pasang atau ROB?


Di era global warming yang makin dahsyad ini, istilah air pasang, ROB dan banjir sering terdengar di telinga maupun mata kita. air pasang maupun ROB intinya sama saja yaitu muka air yang pasang naik menuju daratan, alhasil banjiiiir!!!!!. Mari kita cari tahu apa penyebabnya air-air tersebut "unjuk rasa" ke daratan? Sebagai salah satu makhluk Tuhan yang diberi amanah atas dunia ini, kita harus mencintainya layaknya kita mencintai kekasih kita, anak kita, saudara kita dan makhluk-makhluk lain yang kita cintai. Atas nama cinta mari kita rawat dunia.

banyak hal yang harus dicermati. Mari kita mencoba untuk berbagi mencari solusi dari waktu ke waktu.